MARUNDA- Bekerja sebagai pengembala kambing dengan sistem Marop atau bagi hasil dengan pemilik kambing itulah yang dikerjakan sosok Sutiyah perempuan berusia 60 tahun untuk mencari nafkahnya di bantaran Kali KBT Marunda, Cilincing Jakarta Utara.Menjadi pengembala Maro memang perlu kesabaran dan butuh waktu untuk bisa mendapatkan keuntungan. Dengan mengembala 4 pasang hewan kambing ini dirinya berharap bisa menghasilkan anak yang nantinya di bagi dua dengan pemiliknya (maro).
"Jadi satu pasangan kambing, jika beranak nanti di bagi dua dengan pemiliknya, namun untuk menjaga dan merawatnya urusan kami" ujar Sutiyah.
Sepanjang hidupnya selama 15 tahun mengembalakan kambing sistem paro ini baru ia dapatkan keuntungan 7 ekor kambing dan semuanya sudah dijual untuk kebutuhan hidupnya. Bahkan pengalaman pahit yang ia rasakan pada tahun 2003 lalu, ketika kambing yang digembalakan sebanyak 10 ekor hilang semua dan ia harus menanggung resiko tidak mendapatkan hasil apa-apa. Biasanya nasib baik tiba, saat lebaran haji datang, kala itu banyak orang mencari ternak untuk dijadikan hewan kurban.
Ibu yang tinggal 15 tahun tercatat sebagaiwarga RT 1/3 Marunda, Cilincing. Ia ngiri banyak tetangganya punya jaminan sosial . Harapannya pemerintah memperhatikan nasib dirinya diantaranya jaminan kesehatan ataupun lainnya.Sementara itu, Mukri 62 sang suami hanya bekerja sebagai buruh serabutan diantaranya membantu membajak sawah atau menguras tambak jika diperlukan. Bekerja sebagai buruh serabutan terkadang dapat hasil atau sebaliknya tidak dapat apa-apa jika tak ada kerjaan.
Sutiyah merupakan salah satu sosok warga yang termasuk kategori miskin diantara warga lainnya. Dengan adanya berbagai program Pemerintah DKI Jakarta berharap instansi terkait mau memperhatikannya. Banyak nasib serupa meski berbeda profesi yang menunggu janji pemerintah mementaskan masalah kemiskinan.
"Jadi satu pasangan kambing, jika beranak nanti di bagi dua dengan pemiliknya, namun untuk menjaga dan merawatnya urusan kami" ujar Sutiyah.
Sepanjang hidupnya selama 15 tahun mengembalakan kambing sistem paro ini baru ia dapatkan keuntungan 7 ekor kambing dan semuanya sudah dijual untuk kebutuhan hidupnya. Bahkan pengalaman pahit yang ia rasakan pada tahun 2003 lalu, ketika kambing yang digembalakan sebanyak 10 ekor hilang semua dan ia harus menanggung resiko tidak mendapatkan hasil apa-apa. Biasanya nasib baik tiba, saat lebaran haji datang, kala itu banyak orang mencari ternak untuk dijadikan hewan kurban.
Ibu yang tinggal 15 tahun tercatat sebagaiwarga RT 1/3 Marunda, Cilincing. Ia ngiri banyak tetangganya punya jaminan sosial . Harapannya pemerintah memperhatikan nasib dirinya diantaranya jaminan kesehatan ataupun lainnya.Sementara itu, Mukri 62 sang suami hanya bekerja sebagai buruh serabutan diantaranya membantu membajak sawah atau menguras tambak jika diperlukan. Bekerja sebagai buruh serabutan terkadang dapat hasil atau sebaliknya tidak dapat apa-apa jika tak ada kerjaan.
Sutiyah merupakan salah satu sosok warga yang termasuk kategori miskin diantara warga lainnya. Dengan adanya berbagai program Pemerintah DKI Jakarta berharap instansi terkait mau memperhatikannya. Banyak nasib serupa meski berbeda profesi yang menunggu janji pemerintah mementaskan masalah kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar