Jumat, 28 Maret 2014
Pembangunan Jembatan Ps Kaget Picu Kemacetan Dan Rawan Kecelakaan
Pasalnya di lokasi titik pembangunan jembatan yang mengalami penyempitan membuat sejumlah kendaraan berebut untuk melintas. Alhasil menimbulkan kemacetan dan banyak kendaraan bermotor terjatuh.
"Meskinya pihak Kontraktor berkoordinasi dong dengan petugas supaya ada pengaturan. Kalau kaya begini bukan cuma macet melainkan membahayakan buat roda dua maupun pejalan kaki" ujar Ripto 45, Warga Rawabadak Selatan, Koja Jakarta Utara.
Zueni Yusuf Kabid Prasarana dan Sarana Jalan dan Jembatan PU DKI Jakarta menjelaskan, pihak akan meminta kepada pihak pemborong untuk melakukan koordinasi agar proses pelaksanaan pembangunan jembatan tidak banyak menggganggu pengguna jalan. " Jika memang berdampak macet kami minta maaf,pembangunan jembatan ini nantinya bermanfaat bagi masyarakat.Namun kami juga akan minta kontraktor atau pemborong untuk melakukan koordinasi semua pihak " ujarnya.
Warga Keluhkan Sampah Dan PKL Depan Ps Kalibaru
Kalibaru- Tumpukan sampah serta lapak Pedagang Kaki Lima di depan Pasar Kalibaru dikeluhkan warga sekitar maupun pengguna jalan yang melintas di Jalan Kalibaru Timur II RW 3 Kalibaru, Cilincing Jakarta Utara.
Terganggunya warga sekitar disebabkan tumpukan sampah yang menggunung ditambah lagi lapak-lapak PKl yang belum pindah ke dalam Ps Kalibaru yang sudah selesai renovasi.
Anwar 47, Warga RW 3 Kalibaru menjelaskan, sesuai perjanjian para PKL ini boleh menempati Di tempat penampungan sementara selama 12 bulan hingga selesainya pembangunan pasar. Kenyataannya 80 pedagang tetap berjualan di badan jalan ditambah lagi limbah dan sampah pasar di tumpuk di tengah jalan. "Kalau sudah begini jangankan kendaraaan roda empat yang melintas, sepeda motorpun tak bisa melewatinya" katanya.
Menanggapi hal ini Sahroni Lurah Kalibaru menjelaskan, pihaknya sudah menyampaikan keluhkan warganya ke pihak pengelolah PD Pasar Jaya Ps Kalibaru. Agar sampah-sampah maupun PKL yang memanfaatkan badan jalan ini segera diatasi.
"Kita sudah ingatkan melalui surat kepada pihak pengelolah pasar. Namun hingga kini tak bisa dituntaskan" ujarnya.
Sekedar diketahui akses Jalan Kalibaru Baru Timur II ini merupakan akses jalan utama warga yang hendak kantor kelurahan,puskesmas dan sekolah. ( Siti Ghiza)
Kamis, 27 Maret 2014
Nelayan Marunda : Meski Ada Solusi Alternatif Bagi Profesi Nelayan
Seperti yang disampaikan Gopal 56, nelayan Marunda Kepu, Cilincing bahwa nelayan yang masih tetap bertahan mencari ikan di laut bisa dihitung dengan jari. Dan mereka lebih memilih alih profesi sebagai pedagang maupun buruh kasar. Meskinya Pemerintah bisa menyiapkan bantuan khusus yang langsung terkait dengan profesinya seperti pembuatan ternak ikan dengan bagan apung, maupun ternak ikan di darat. Pasalnya jika nelayan hanya di berikan bantuan berupa alat atau sembako tidak mendidik untuk mereka bisa berkarya. "Sekarang ini sulit buat nelayan untuk mencari ikan, selain laut sudah tercemar, juga batas jarak kemampuan perahu tak sesuai dengan perahu yang mereka punya" ujarnya.
Ditambahkan Gopal, padahal bantuan setiap tahun di berikan pemerintah, namun hasil bantuan yang diberikan justru tidak kelihatan hasilnya. "Harusnya kalau dapat bantuan pasti ada hasil yang dicapai. Tapi malah terus menerus berharap bantuan" sahutnya.
Gopal berharap kedepannya, Pemko Jakarta Utara untuk memberikan solusi alternatif yakni berupa bantuan yang bermanfaat supaya nelayan tidak lagi menunggu bantuan setiap tahun.
Nelayan Gigit Jari, Ratusan Ikan Mati di Pantai Marunda
Ketua Kelompok Nelayan Pesisir Pantai Marunda Al-Alam Aslik (62), menduga kematian ikan tersebut disebabkan pencemaran limbah industri perusahaan-perusahaan besar di sekitar lokasi serta limbah rumah tangga yang terbawa melalui sejumlah kali dan kanal yang bermuara ke laut Marunda.
“Kita juga tidak tahu ini limbah dari mana? Tapi di sekitar sini ada kawasan industri seperti KBN, Marunda Centre dan lainnya,” katanya, Kamis (27/3).
Pihaknya, kata Aslik, sudah sejak lama menyampaikan keluhan nelayan terkait kematian ikan secara mendadak di perairan di utara Jakarta. Bahkan dia juga sudah mengirimkan sampel air laut sesuai permintaan Perikanan Peternakan dan Kelautan (P2K) Jakarta Utara. Namun sampai saat ini belum ada respon.
Kepala Sudin (sudin) Perikanan Peternakan dan Kelautan (P2K) Jakarta Utara Liliek Litasari mengaku belum mendapat informasi mengenai temuan nelayan di Pantai Marunda. Namun, dia mengaku, tidak aneh dengan dugaan pencemaran di Pantai Marunda.
"Posisinya itu (Pantai Marunda) kan muara kali. Air sejumlah kali pun masuk ke sana, selain itu perusahaan besar juga banyak di sekitar sana. Jadi kalau ada limbah memang mungkin saja, kita akan cek ke lapangan," tegasnya.
Wali Kota Jakarta Utara Heru Budi Hartono mengatakan pencemaran yang terjadi di daerah pesisir seperti di Marunda kemungkinan karena faktor kompherensif limbah yang berasal dari Kali ataupun arus balik dari laut. Selain itu, kata Heru, ia juga akan menindaklanjuti adanya indikasi dan dugaan pabrik di kawasan sekitar yang membuang limbah di perairan tersebut “Dugaan itu pasti ada, memang kita harus meningkatkan pengawasan. Setelah ini saya akan koordinasikan dengan Sudin Perindustrian dan Sudin Perikanan Peternakan dan Kelautan untuk mengecek langsung,” ungkapnya.